Sunday, December 9, 2018

Konsep Tumbuh Kembang (BBL)


KONSEP TUMBANG
A.    Pola pertumbuhan dan perkembangan
Pola pertumbuhan dan perkembangan merupakan peristiwa yang terjadi selama proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang dapat mengalami percepatan maupun perlambatan yang saling berhubungan antara satu organ dengan organ yang lain.  Menurut Narendra (2002) peristiwa tersebut akan mengalami perubahan pola pertumbuhan dan perkembangan, diantaranya sebagai berikut :
1.      Pola pertumbuhan fisik yang terarah
Pola ini memiliki dua prinsip atau hukum perkembangan, yaitu prinsip cephalocaudal
 dan prinsip proximodistal.
a.       Cephalocaudal atau head to tail direction (dari arah kepala kemudian ke kaki). Pola pertumbuhan dan perkembangan ini dimulai dari kepala yang ditandai dengan perubahan ukuran kepala yang lebih besar, kemudian berkembang kemampuan untuk menggerakkan lebih cepat dengan menggelengkan kepala dan dilanjutkan ke bagian ekstremitas bawah lengan, tangan, dan kaki. Hal tersebut merupakan pola searah dalam pertumbuhan dan perkembangan.
b.      Proximodistal atau near for direction. Pola dimulai dengan menggerakkan anggota gerak yang paling dekat dengan pusat/ sumbu tengah kemudian menggerakkan anggota  gerak yang lebih jauh atau ke arah bagian tepi, seperti menggerakkan bahu terlebih dahulu lalu jari-jari. Hal tersebut juga dapat dilihat pada perkembangan berbagai organ yang ada di tengah, seperti jantung, paru, pencernaan, dan yang lain  akan terlebih dahulu mencapai kematangan.
2.      Pola perkembangan dari umum ke khusus
Pola ini dikenal dengan nama pola to specific atau to complex. Pola pertumbuhan dan perkembangan ini dapat di mulai dengan menggerakkan daerah yang lebih umum (sederhana),
dahulu baru ke daerah yang lebih kompleks (khusus), seperti melambaikan tangan, kemudian baru memainkan jarinya, atau menggerakkan lengan atas, bawah telapak tangan, sebelum menggerakkan jari tangan atau menggerakkan badan atau tubuhnya, sebelum mempergunakkan kedua lengannya untuk menyangga, melangkah dan atau mampu berjalan.
3.      Pola perkembangan berlangsung dalam tahapan perkembangan
Pola ini mencerminkan ciri khusus dalam setiap tahapan perkembangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi perkembangan selanjutnya, seperti seorang anak usia empat tahun mengalami kesulitan dalam berbicara atau mengemukakan sesuatu, atau terbatas dalam perbendaharaan kata, maka dapat diramalkan akan mengalami keterlambatan pada seluruh aspek perkembangan. Pada pola ini tahapan perkembangan dibagi menjadi lima bagian yang tentunya memiliki prinsip atau ciri khusus dalam setiap perkembangannya sebagai berikut
 :
a.       Masa pralahir, terjadi pertumbuhan yang sangat cepat pada alat dan jaringan tubuh.
b.      Masa neonatus, terjadi proses penyesuaian dengan kehidupan di luar rahim dan hampir sedikit aspek pertumbuhan fisik dalam perubahan.
c.       Masa bayi, terjadi perkembangan sesuai dengan lingkungan yang mempengaruhinya serta memiliki kemampuan untuk melindungi dan menghindar dari hal yang mengancam dirinya.
d.      Masa anak, terjadi perkembangan yang cepat dalam aspek sifat, sikap, minat, dan cara penyesuaian dengan lingkungan, dalam hal ini keluarga dan teman sebaya.
e.       Masa remaja, terjadi perubahan ke arah dewasa sehingga kematangan ditandai dengan tanda –tanda pubertas.
4.      Pola perkembangan dipengaruhi oleh kematangan dan latihan (belajar)
Proses kematangan  dan belajar selalu mempengaruhi perubahan dalam perubahan perkembanngan anak. Terdapat saat yang siap untuk menerima sesuatu dari luar untuk mencapai proses kematangan. Kematanganyang dicapainya dapat disempurnakan melalui rangsangan yang tepat, masa itulah dikatakan sebagai masa kritis yang harus dirangsang agar mengalami pencapaian perkembangan selanjutnya melalui proses belajar.

B.     Ciri-ciri Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Menurut (Narendra, 2002) dalam peristiwa pertumbuhan dan perkembangan anak memiliki berbagai ciri khas yang membedakan komponen satu dengan yang lain. Pertumbuhan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Dalam pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, dan lain-lain.
2.      Dalm pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari masa konsepsi hingga dewasa.
3.      Pada pertumbuhan dan perkembangan terjadi hilangnya ciri-ciri lama yang ada selama masa pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu, atau hilangnya refleks-refleks tertentu.
4.      Dalam pertumbuhan terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti proses kematangan, seperti adanya rambut pada daerah aksila, pubis, atau dada.
Menurut Narendra (2002) perkembangan memilki ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Perkembangan selalu melibatkan proses pertumbuhan yang diikuti dari perubahan fungsi, seperti perkembangan sistem reproduksi akan diikuti perubahan pada fungsi alat kelamin.
2.      Perkembangan memiliki pola yang konstan dengan hukum tetap, yaitu perkembangan dapat terjadi dari daerah kepala menuju ke arah kaudal atau dari bagian proksimal ke bagian distal.
3.      Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan mulai dari kemampuan melakukan hal yang sederhana menuju kemampuan melakukan hal yang sempurna.
4.      Perkembangan setiap individu memiliki kecepatan pencapaian perkembangan yang berbeda.
5.      Perkembangan dapat menentukan pertumbuhan tahap selanjutnya, di mana tahapan perkembangan harus dilewati tahap demi tahap (Narendra, 2002).

C.    Faktor-faktor yang mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Proses tumbuh kembang anak mengalami suatu siklus yang berbeda pada kehidupan manusia. Peristiwa tersebut dapat terjadi secara cepat maupun lambat tergantung individu dan lingkungannya. Faktor kecepatan atau kelambatan dalam proses tumbuh kembang anak antara lain faktor herediter, faktor lingkungan dan faktor hormonal (Narendra, 2002).
1.      Faktor Herediter
Merupakan suatu faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak. Faktor herediter meliputi bawaan, jenis kelamin, ras, dan suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas, kecepatan dalam pembelahan sel telur, tingkat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, usia pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.
2.      Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan penting dalam tumbuh dan kembang anak untuk mencapai atau tidaknya potensi yang dimiliki. Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan prenatal (dalam kandungan) dan lingkungan post natal (lingkungan setelah bayi lahir).
3.      Lingkungan Prenatal
Lingkungan dalam kandungan mulai dari konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, lingkungan mekanis,zat kimia atau toksin dan hormonal.
a.       Lingkungan Mekanis adalah segala hal yang mempengaruhi janin atau posisi janin dalam uterus.
1)      Radiasi dapat menyebabkan kerusakan pada organ otak bayi
2)      Infeksi dalam kandungan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin.
3)      Kekurangan oksigen dalam rahim bisa mengganggu plasenta dan mengakibatkan bayi lahir dengan BBLR.
4)      Faktor imunitas dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin karena menyebabkan abortus atau karena ikterus.
5)      Stress dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin.
b.      Zat kimia atau Toksin
Zat yang berkaitan dengan penggunaan obat-obatan, alkohol, atau kebiasaan merokok oleh ibu hamil.
c.       Hormonal
Hormon-hormon ini mencakup hormon samototropin berperan untuk disekresi kelenjar hipofisis janin sekitar minggu ke-9 dan produksinya meningkat pada minggu ke-20, hormon plasenta sebagai nutrisi plasenta, tiroid dan insulin
4.      Lingkungan Postnatal
Selain faktor limgkungan terdapat lingkungan setelah lahir yang juga mempengaruhi tumbuh kembang anak seperti adanya budaya lingkungan, sosial ekonomi, nutrisi, iklim, cuaca, keluarga, olahraga dan status kesehatan (Narendra, 2002).
a.       Budaya lingkungan seperti budaya di masyarakat yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Budaya dapat mempresepsikan pola hidup sehat. Sebagai contoh anak yang dalam usia tumbuh kembang membutuhkan makanan yang bergizi namun karena terdapat adat dan budaya tertentu yang melarang makan dalam masa tertentu padaha makanan tersebut digunakan untuk perbaikan gizi dalam masa tumbuh kembang anak.
b.      Status Sosial Ekonomi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak dengan keluarga yang memiliki sosial ekonomi tinggi umumnya pemenuhan gizinya cukup baik dibandingkan dengan keluarga yang ekonominya rendah.
c.       Nutrisi merupakan suatu komponen yang paling penting untuk keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan seperti protein, karbohidrat, mineral, lemak, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan nutrisi seseorang kurang maka dapat menghambat proses pertumbuhan dan perkembangannya.
d.      Iklim dan Cuaca berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan misalnya pada musim tertentu kebutuhan gizi mudah diperoleh, namun pada saat musim yang lain justru sebaliknya. Sebagai contoh, saat musim kemarau penyediaan sumber air bersih sangatlah sulit.
e.       Oalahraga dan Latihan fisik dapat memacu perkembangan anak karena dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplai oksigen ke seluruh tubuh dapat teratur dan meningkatkan stimulasi perkembangan tulang, otot dan pertumbuhan sel lainnya. Dari aspek sosial, anak menjadi mudah berinteraksi dengan teman sesuai jenis olahraganya.
f.       Posisi Anak Dalam Keluarga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Secara umum, anak pertama dan tunggal memiliki kemampuan intelektual lebih menonjol dan cepat berkembangan karena sering berinteraksi dengan orang dewasa, namun dalam perkembangan motorik kadang-kadang melambat karena tidak ada stimulasi yang bisanya dilakukan saudara kandungnya. Sedangkan pada anak kedua atau anak tengah, kecenderungan orang tua yang merasa sudah biasa dalam merawat anak untuk beradaptasi lebih cepat dan mudah meskipun dalam perkembangan intelektualnya kurang .
g.      Status Kesehatan dapat berpengaruh dalam pecapaian tumbuh dan kembang. Hal ini terlihat dalam kondisi anak yang sehat dan sejahtera maka percepatan tumbuh kembang menjadi lebih mudah dan sabaliknya.
5.      Faktor Hormonal
Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh dan kembang anak antara lain hormon somatropin tiroid dan glukokortikoid. Hormon somatrotopin berperan dalm mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan dengan menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago dan sistem skeletal. Hormon tiroid berperan menstimulasi metabolime tubuh. Hormon glukokortikoid mempunyai fungsi menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis( untuk memproduksi testosteron) dan ovarium untuk memproduksi estrogen (Narendra, 2002).




DAFTAR PUSTAKA
Marimbi. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar pada Balita. Yogyakarta : Nuha Medika
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta. Trans Info Media
Narendra, M.S, dkk. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi Pertama IDAI. Jakarta: Sagung Seto


Wednesday, December 5, 2018

Anemia Pada Kehamilan


A. Anemia Pada Kehamilan

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr % pada trimester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Cunningham. F, 2012).
Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah anemia akibat kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam makanan. Gangguan penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi atau karena terlampau banyaknya zat besi yang keluar dari tubuh, misalnya pada perdarahan. Ibu hamil membutuhkan zat besi sekitar 40 mg perhari atau 2 kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil. Jarak kehamilan sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia saat kehamilan. Kehamilan yang berulang dalam waktu singkat akan menguras cadangan zat besi ibu. Pengaturan jarak kehamilan yang baik minimal dua tahun menjadi penting untuk diperhatikan sehingga badan ibu siap untuk menerima janin kembali tanpa harus menghabiskan cadangan zat besinya (Mardliyanti, 2010).
      Beberapa penyebab anemia yaitu : 
  1. Zat besi yang masuk melalui makanan tidak mencukupi kebutuhan. 
  2.  Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, terutama ibu hamil, masa tumbuh kembang pada remaja, penyakit kronis, seperti tuberculosis dan infeksi lainnya. 
  3. Perdarahan yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang, malaria, haid yang berlebihan dan melahirkan   
B. Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil 
1. Umur Ibu
Menurut Amiruddin (2012), bahwa ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun dan lebih  dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia dan ibu hamil yang berumur 20 – 35 tahun yaitu 50,5% menderita anemia. Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebihdari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil, karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, beresiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia 
2. Paritas
Menurt Herlina (2011), Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai resiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia di banding dengan paritas rendah. Adanya kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.
3    3.Infeksi dan Penyakit
Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan kadar Hb <10 g/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang rendah pula. Seseorang dapat terkena anemia karena meningkatnya kebutuhan tubuh akibat kondidi fisiologis (hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah atau menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi. Ibu yang sedang hamil sangat peka terhadap infeksi dan penyakit menular. Beberapa di antaranya meskipun tidak mengancam nyawa ibu, tetapi dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi janin. Diantaranya, dapat mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin terhambat, bayi mati dalam kandungan, serta cacat bawaan. Penyakit infeksi yang di derita ibu hamil biasanya tidak diketahui saat kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi lahir dengan kecacatan. Pada kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil akan kekurangan banyak cairan tubuh serta zat gizi lainnya (Bahar, 2012).
Penyakit yang diderita ibu hamil sangat menentukan kualitas janin dan bayi yang akan dilahirkan. Penyakit ibu yang berupa penyakit menular dapat mempengaruhi kesehatan janin apabila plasenta rusak oleh bakteri atau virus penyebab penyakit. Sekalipun janin tidak langsung menderita penyakit, namun Demam yang menyertai penyakit infeksi sudah cukup untuk menyebabkan keguguran. Penyakit menular yang disebabkan virus dapat menimbulkan cacat pada janin sedangkan penyakit tidak menular dapat menimbulkan komplikasi kehamilan dan meningkatkan kematian janin 30% (Bahar, 2012).
        4. Jarak kehamilan
Menurut Ammirudin (2011) proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu dengan prioritas 1 – 3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan janin yang dikandungnya.
5    5. Pendidikan
Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang di derita masyarakat adalah karena kekurangan gizi banyak di jumpai di daerah pedesaan dengan malnutrisi atau kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat social ekonomi rendah (Manuaba, 2010).


Konsep Tumbuh Kembang (BBL)

KONSEP TUMBANG A.     Pola pertumbuhan dan perkembangan Pola pertumbuhan dan perkembangan merupakan peristiwa yang terjadi selama pr...